Begini Cara Bikin Produk Makin Laku di Pasaran Tanpa Terasa Jualan

20 Oktober 2025
begini-cara-bikin-produk-makin-laku-di-pasaran-tanpa-terasa-jualan
Pernahkah Sobat Folio sedang scroll media sosial, membaca sebuah postingan tentang tips usaha atau cerita inspiratif, tapi kemudian sadar kalau itu adalah promosi? Menariknya, Sobat Folio justru tertarik dengan promosi tersebut?

Itu bukan kebetulan, melainkan covert selling, adalah strategi jualan secara halus yang diam-diam bisa bikin omzet naik tanpa harus membuat calon pelanggan merasa sedang “dipaksa” melihat promosi. 

Bagi pelaku bisnis UMKM, strategi ini bisa menjadi cara efektif untuk bisa bertahan di tengah persaingan digital yang semakin ketat. Lalu, bagaimana covert selling membantu menaikkan omzet bisnis?  Begini penjelasan lengkapnya.

Apa Itu Covert Selling?

Sederhananya, covert selling adalah teknik jualan tanpa terlihat sedang berjualan. Bukan promosi yang menekan, melainkan komunikasi yang membangun rasa percaya lebih dahulu, baru jualan kemudian.

Alih-alih menulis, “Beli produk kami sekarang!”, Sobat Folio bisa menceritakan bagaimana produk yang ditawarkan membantu orang lain, berbagi tips bermanfaat, atau membangun kedekatan emosional lewat konten.

Calon pembeli pun akan merasa, “Wah, brand ini ngerti banget kebutuhan aku.” Covert selling  sering muncul dalam bentuk:
  • Cerita (storytelling) tentang perjalanan produk atau pengalaman pelanggan
  • Konten edukatif seperti tips dan insight yang relevan dengan produk
  • Rekomendasi natural, yang membuat audiens merasa keputusan membeli datang dari mereka sendiri, bukan dari orang lain. 
Hasilnya? Pelanggan membeli produk atau menggunakan layanan bisnis Sobat Folio tidak karena dipaksa, tapi karena percaya.

Lalu, apa bedanya dengan soft selling?

Jika diamati dari definisinya, covert selling sekilas mirip dengan soft selling. Fakta yang menarik adalah soft selling masih menunjukkan promosi produk meski secara halus, sedangkan covert selling tidak memperlihatkan tanda promosi, menyembunyikan bahwa produk sebenarnya sedang dipasarkan. Nah, gabungan dari kedua strategi promosi ini berujung pada storytelling

Covert Selling dan Hard Selling, Apa Bedanya?

Banyak pelaku usaha masih berpikir bahwa satu-satunya cara menjual adalah dengan promosi langsung dan ajakan yang tegas, sebutan lainnya adalah hard selling. Padahal, di era digital saat ini, gaya komunikasi yang terlalu frontal justru membuat calon pelanggan cepat menutup diri. 

Lalu, apa yang menjadi pembeda antara hard selling dan covert selling? Ini beberapa poin penting yang perlu Sobat Folio ketahui:

1. Cara Menyampaikan Pesan

Pertama, cara menyampaikan pesan. Penjualan langsung akan berbicara pada pelanggan langsung ke arah transaksi. Kalimatnya sering kali tegas, mendesak, dan mempunyai unsur urgensi yang tinggi. Misalnya, “beli sekarang, stok terbatas!” atau “diskon hari ini saja!”

Pendekatan ini mungkin efektif dalam jangka pendek, tapi sering kali membuat konsumen merasa ditekan. Sebaliknya, covert selling mengutamakan pendekatan yang lebih lembut. Strategi ini mengutamakan cerita, edukasi, atau testimoni positif untuk menumbuhkan rasa percaya dari pelanggan. 

Yang lebih menarik, promosi covert selling terselip rapi di antara nilai dan manfaat yang diberikan kepada audiens, membuat pelanggan tidak merasa seperti dipaksa membeli. 

2. Fokus Pesan

Dalam hard selling, fokus ada pada produk dan harga. Sebab, metode ini bertujuan untuk memicu tindakan secara cepat, seperti membeli, mendaftar, atau melakukan transaksi dengan segera. 

Namun, strategi ini sering kali melupakan sisi personal dan emosional yang justru penting untuk membangun loyalitas jangka panjang. Sementara itu, covert selling menempatkan konsumen sebagai pusat komunikasi.

Dalam covert selling, pesan yang disampaikan bukan “beli produk ini”, melainkan “kami mengerti masalah Anda dan punya solusi yang bisa membantu”. Fokusnya membangun hubungan dan kepercayaan sebelum mengarah ke penjualan.

3. Dampak terhadap Konsumen

Perbedaan selanjutnya bisa Sobat Folio perhatikan pada dampaknya terhadap pelanggan. Strategi penjualan langsung memang bisa mendorong penjualan lebih cepat, tapi pada saat yang bersamaan, bisa pula berdampak pada resistensi. Sebab, saat merasa ditekan, pelanggan cenderung kehilangan minat.  

Covert selling justru sebaliknya, berhasil menciptakan rasa nyaman. Pelanggan merasa seperti mendapatkan saran, bukan promosi. Ketika rasa percaya tumbuh, keputusan membeli datang dengan sendirinya tanpa tekanan.

Implementasi Covert Selling, Ini Manfaatnya untuk Bisnis

Menariknya, tidak sedikit pula pemilik bisnis yang bertanya, apa saja keunggulan yang bisa didapatkan saat menerapkan strategi covert selling dalam bisnis? Bukankah sama-sama untuk promosi dan meningkatkan penjualan? 

Memang benar. Akan tetapi, bisnis juga akan mendapatkan beberapa keuntungan berikut ini saat menerapkan promosi menggunakan strategi covert selling: 

1. Membangun Kepercayaan Sejak Awal

Calon pembeli jarang langsung membeli di interaksi pertama. Mereka butuh waktu untuk percaya. Strategi covert selling membantu membangun kepercayaan itu secara bertahap, melalui cerita, edukasi, dan nilai yang relevan dengan kebutuhan. Ketika pelanggan merasa dipahami, mereka akan lebih terbuka terhadap penawaran yang kamu sampaikan.

2. Menumbuhkan Loyalitas Pelanggan

Promosi yang terasa personal menciptakan pengalaman yang membekas. Pelanggan tidak hanya mengingat produkmu, tapi juga pesan dan nilai di baliknya. Itu sebabnya, strategi ini mampu menciptakan loyalitas tinggi, karena pelanggan merasa memiliki hubungan emosi dengan brand yang sangat kuat. 

3. Meningkatkan Penjualan Tanpa Terlihat Agresif

Keunggulan lain dari strategi covert selling adalah mampu mendorong pembelian tanpa membuat pelanggan menyadari bahwa mereka sedang diarahkan ke sana. Ketika pesan promosi disampaikan lewat informasi atau cerita yang bermanfaat, konsumen akan merasa keputusan membeli berasal dari keinginan mereka sendiri.

4. Menguatkan Citra Brand

Tidak kalah pentingnya, covert selling membuat brand terlihat lebih autentik, menarik, dan berorientasi pada nilai. Bukan sekadar menjual, tapi membantu. Kesan ini menempatkan bisnis pada posisi yang lebih kredibel di mata pelanggan, terutama di era digital, ketika kepercayaan jadi kunci utama.

5. Mendorong Word of Mouth Secara Alami

Konten atau promosi berbasis strategi penjualan yang lebih halus cenderung lebih mudah dibagikan karena tidak terasa seperti iklan. Ketika pelanggan merasa senang dan percaya, mereka dengan sukarela merekomendasikan bisnis Sobat Folio kepada orang lain. Efek domino ini bisa memperluas jangkauan pasar tanpa biaya iklan besar.

Maksimalkan Strategi Promosi dengan Sistem Terintegrasi

Jadi, covert selling bukan sekadar strategi promosi bisnis, melainkan seni berkomunikasi dengan pelanggan. Metode ini tidak memaksa pelanggan untuk segera membeli produk, tapi menginspirasi dengan pendekatan yang lebih mengutamakan cerita dan edukasi. 

Bagi pelaku bisnis di sektor UMKM, strategi ini adalah jalan tengah antara promosi efektif dan pengalaman pelanggan yang menyenangkan. Agar strategi ini berjalan lebih maksimal, pastikan bisnis juga punya sistem pengelolaan yang efisien.

Sobat Folio bisa menggunakan Folio POS, aplikasi kasir digital yang membantu mencatat transaksi, memantau stok, dan menganalisis performa bisnis dalam satu platform. Melalui aplikasi ini, pelaku bisnis bisa lebih berfokus pada strategi pemasaran, sementara urusan operasional bisnis bisa berjalan secara otomatis dan rapi. Yuk, coba gratis fitur Folio POS sekarang!
Whatsapp Sales Whatsapp Support 1 Whatsapp Support 2 Telephone Office