Mengatur cash flow itu kadang bikin pusing sendiri, ya. Penjualan bisa jalan, invoice sudah dikirim, tapi pembayaran klien tetap saja molor. Akhirnya, operasional jadi ikut tersendat. Dan sering kali, masalah ini muncul karena satu hal sederhana: termin pembayaran yang kurang jelas dari awal.
Padahal kalau termin pembayaran disusun dengan rapi, alur pemasukan jadi jauh lebih mudah diprediksi. Kamu bisa atur belanja, stok, sampai operasional tanpa khawatir tiba-tiba kehabisan dana karena klien belum bayar. Sayangnya, masih banyak pebisnis yang bingung menyusun termin pembayaran yang benar: yang bebas ribet, jelas buat kedua belah pihak, dan efektif untuk mengelola arus kas.
Apa Itu Termin Pembayaran?
Termin pembayaran ibarat “aturan main” dalam transaksi bisnis. Bukan hanya soal kapan uang harus masuk, tapi juga bagaimana, berapa besar, dan dalam kondisi apa pembayaran dilakukan. Tanpa termin, hubungan bisnis berjalan tidak terarah.
Sebab, semua serba “katanya”, “nanti saya kabari”, atau “nunggu approval dulu”. Dengan termin yang jelas, komunikasi jadi terang-benderang: tidak ada ruang untuk salah paham, dan setiap pihak tahu apa yang harus dilakukan.
Singkatnya, termin pembayaran adalah aturan atau kesepakatan mengenai kapan dan bagaimana pembayaran harus dilakukan oleh klien. Di dalamnya biasanya tercantum jumlah pembayaran, jadwal jatuh tempo, metode pembayaran, hingga syarat lain seperti diskon pembayaran cepat atau denda keterlambatan.
Bisa dikatakan, termin pembayaran adalah pedoman yang memastikan transaksi antara penjual dan pembeli berjalan jelas dan teratur.
Mengapa Bisnis Perlu Termin Pembayaran yang Jelas?
Termin pembayaran yang tepat melindungi bisnis dari risiko telat bayar dan memperkuat kepercayaan antara pemilik dan klien. Berikut alasan kenapa pemilik usaha harus memiliki termin pembayaran yang jelas:
1. Cash Flow Tetap Stabil
Setiap bisnis punya ritme uang yang masuk dan keluar. Tanpa ritme yang jelas, kamu akan kesulitan merencanakan pengeluaran. Termin pembayaran membuat cashflow jadi lebih bisa “dibaca”, karena kamu tahu kapan uang masuk, kapan perlu menyiapkan modal baru, dan kapan harus menahan pengeluaran. Dengan kata lain: bisnis tidak lagi berjalan berdasarkan perasaan, tapi berdasarkan perhitungan.
2. Risiko Terlambat Bayar Berkurang
Klien jarang berniat menunda pembayaran. Yang sering terjadi adalah mereka lupa. Atau bingung: jatuh temponya kapan? Invoice mana yang harus dibayar dulu?
Termin pembayaran membuat semua ini jelas dari awal. Bahkan ketika klien memiliki proses internal yang panjang, termin berfungsi sebagai pengingat bahwa mereka punya komitmen yang harus dipenuhi. Jika diberi penalti keterlambatan, efeknya lebih terasa lagi.
3. Perencanaan Anggaran Bisnis Lebih Mudah
Bisnis yang bisa memprediksi pemasukan adalah bisnis yang bisa tumbuh. Dengan termin pembayaran, kamu bisa menghitung kapan modal kembali, kapan bisa beli stok baru, atau kapan aman untuk mengembangkan bisnis. Tanpa termin, semua keputusan strategis berpotensi meleset, karena kamu tidak punya gambaran kapan uang benar-benar masuk.
4. Profesionalisme dan Kepercayaan Klien Meningkat
Klien lebih percaya pada bisnis yang menetapkan struktur pembayaran jelas sejak awal. Ini menunjukkan bahwa perusahaan punya sistem, bukan berjalan asal-asalan. Dan ketika perusahaan terlihat profesional, nilai tawar dan kredibilitas otomatis naik.
Jenis Termin Pembayaran Paling Sering Dipakai Pebisnis
Setiap bisnis punya kebutuhan berbeda. Itulah mengapa termin pembayaran hadir dalam berbagai bentuk, berikut di antaranya:
1. End of Month (EOM)
Pada skema ini, pembayaran dilakukan di akhir bulan apa pun tanggal invoice diterbitkan. Jenis termin ini sangat cocok untuk bisnis yang mengelola transaksi banyak dalam satu bulan. Semua invoice “dibuat” di akhir bulan, sehingga pencatatan jadi lebih rapi dan administrasi lebih efisien.
2. Net 30
Ini adalah jenis termin paling populer. Klien wajib membayar dalam 30 hari sejak invoice dibuat. Net 30 memberi keseimbangan: pembeli punya waktu untuk mengatur kas internal, sementara penjual tidak dibiarkan menunggu terlalu lama. Cocok untuk perusahaan yang perputaran modalnya ketat.
3. Net 15 dan End of Month
Jenis ini memperpanjang jatuh tempo hingga 15 hari setelah akhir bulan. Skema ini bagus untuk klien dengan proses administrasi bulanan. Kamu tetap bisa menjaga pemasukan, sementara klien tetap punya fleksibilitas.
4. 5/10 dan Net 30
Skema diskon yang cukup menarik. Jika klien membayar dalam 10 hari, mereka dapat potongan 5%. Jika tidak, jatuh tempo normal tetap 30 hari. Model ini cukup efektif untuk mempercepat pembayaran tanpa perlu “memaksa”, karena insentif diskon akan terasa lebih menarik bagi klien.
5. 5/10 dan End of Month
Konsepnya sama dengan skema sebelumnya, tapi deadline sepenuhnya dilakukan akhir bulan. Ini cocok untuk perusahaan yang hanya memproses pembayaran pada akhir bulan, tapi tetap ingin memanfaatkan diskon untuk mempercepat cash flow.
Membuat Termin Pembayaran? Perhatikan Hal Ini
Sebelum membuat termin, kamu perlu memperhatikan beberapa hal agar termin bukan cuma terlihat formal, tapi benar-benar efektif dan menguntungkan kedua pihak.
1. Pastikan Timeline Realistis
Termin yang terlalu ketat justru sering berujung pada masalah. Kamu perlu memahami proses administrasi klien, ritme kerja mereka, dan bagaimana kebijakan internal mereka berjalan. Timeline yang realistis membuat pembayaran jadi lebih konsisten.
2. Jelaskan Syarat dan Ketentuan Pendukung
Mau pembayaran lewat transfer? Atau virtual account? Apa ada denda keterlambatan? Apakah ada potongan jika bayar cepat? Detail seperti ini sering dianggap kecil, padahal penting. Syarat dan ketentuan yang jelas membuat transaksi terasa aman bagi kedua pihak.
3. Cantumkan Detail Barang atau Jasa Secara Lengkap
Sebutkan semuanya: jumlah barang, spesifikasi, lingkup pekerjaan, harga satuan, sampai total biaya yang harus dibayarkan oleh klien. Semakin jelas detail yang kamu berikan, semakin kecil risiko terjadinya salah paham.
4. Buat Dokumen dengan Format Profesional
Gunakan template yang rapi, dengan header perusahaan, nomor dokumen, jadwal pembayaran, serta tanda tangan persetujuan. Dokumen profesional bukan hanya untuk administrasi, tapi meningkatkan kredibilitas bisnis di mata klien.
Contoh Termin Pembayaran
Agar tidak bingung membuat termin pembayaran, kamu bisa perhatikan salah satu contoh berikut ini.
Perihal: Permohonan Termin 50%
Kepada Yth: ____
Dengan Hormat,
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ___
Jabatan : ___
Perusahaan : ___
Alamat : ___
Berdasarkan realisasi fisik di lapangan pada pekerjaan ___, yang dilaksanakan oleh PT. ___ dengan nomor kontrak ___ pada tanggal ___ 2025 dan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) Nomor: ___ pada tanggal ___ 2025, dengan ini kami sampaikan bahwa progress pekerjaan tersebut sampai dengan tanggal ___ 2025 telah mencapai 55%. Oleh karena itu, kami mengajukan permohonan pembayaran termin 50%.
Termin 50%: Rp. ___ (terbilang: ___)
Sebagai bahan pertimbangan, kami lampirkan:
- Kontrak
- Laporan Harian
- Laporan Mingguan
- Laporan Bulanan
- Back Up Data
- Berita Acara Kemajuan Pekerjaan
- Dokumentasi Pekerjaan
Mohon pembayaran sejumlah nilai termin 50% di atas dapat dibayarkan ke:
Bank: ___
Nomor Rekening: ___
Atas Nama: ___
Demikian surat permohonan ini kami buat, atas terkabulnya permohonan ini, kami ucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
(Nama)
Melalui termin pembayaran kamu menjaga cash flow tetap aman, memastikan hubungan bisnis berjalan mulus, dan membuat operasional jauh lebih terprediksi. Dengan termin yang jelas dan rapi, kamu bisa mengurangi risiko telat bayar sekaligus meningkatkan profesionalisme di mata klien.
Persoal operasional bisnis, percayakan saja pada Folio POS. Aplikasi kasir digital ini punya berbagai fitur unggulan untuk memastikan aktivitas berjalan lancar. Mulai dari pencatatan stok, pembuatan invoice, rekap penjualan, hingga mengatur piutang pelanggan.
Coba Folio POS yuk, gratis!